dr moewardi withdraw slot hari ini dr. Moewardi secara resmi dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui SK Presiden RI No. 190 tahun 1964. Inisiator Pekan Olahraga Sejak saat itu rumah sakit ini bernama rumah sakit Bale Kusolo dengan dipimpin oleh direktur dr. R. Soemarno. Sementara itu rumah sakit milik Keraton Kasunanan
Dua anak dari Suprapti, istri pertama, yaitu Sri Sejati dan Adi. Kemudian lima anak lain dari istri keduanya, Susilowati, yaitu Ataswarin Kamarijah, Kusumarita, Cipto Juwono, Banteng Witjaksono dan Happy Anandarin Wahyuningsih. Salah seorang anak Moewardi, Banteng Witjaksono, menceritakan mengenai kehilangan ayah yang membuat ibu mereka menjadi orang tua tunggal dan harus menghidupi seluruh anak mereka. Dikisahkan dari cicit Moewardi, Lichte Christian Purbono, pencarian Moewardi terus dilakukan hingga puluhan tahun lamanya. Karena tak tahu di mana keberadaannya, para keluarga hanya bisa melakukan kegiatan tabur bunga di patung Moewardi yang berada di Rumah Sakit Moewardi, Solo. Kegiatan ini rutin dilakukan oleh keluarga hingga kini, meski, tak ada satu pun anak cucu Moewardi yang tinggal di Solo. Untuk mengenang sosoknya dan menghargai jasanya secara resmi Moewardi dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui SK Presiden RI No. 190 tahun 1964. Selain diberi gelar pahlawan, nama Moewardi juga disematkan sebagai nama rumah sakit yang di putuskan melalui surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah tanggal 24 Oktober 1988. Pergantian nama pun dilakukan bertepatan pada hari pahlawan 10 November 1988 dari semula RSUD Kelas B Provinsi Dati I menjadi RSUD Dr Moewardi Surakarta. (*)
Dalam satu kesempatan, Moewardi sempat berdebat dengan Ir Soekarno. Dilansir Majalah Veteran, sempat terjadi perdebatan antara Moewardi dengan Sukarno dalam proses pembacaan teks proklamasi. Moewardi yang tidak sabaran menunggu masuk ke kamar Bung Karno dan mendesak Bung Karno agar segera mengumumkan Proklamasi sendiri saja tanpa menunggu kedatangan Bung Hatta. Alasannya karena Bung Hatta sudah menandatangani teks Proklamasi. Pada mulanya Bung Karno menjawab dengan tenang saja, tetapi karena Moewardi mendesak dengan nada marah Bung Karno menjawab: “Saya tidak mau mengucapkan proklamasi kalau Hatta tidak ada, kalau Mas Moewardi tidak mau tunggu silahkan baca Proklamasi sendiri”. Dialog kedua tokoh ini disaksikan oleh Sudiro dan sesudah itu Moewardi tidak mendesak Bung Karno lagi. Sebetulnya Moewardi melakukan itu karena Sudiro melihat di sekitar jalan Pegangsaan terlihat seorang Jepang yang sedang bercakap-cakap dengan Sukardjo Wirjopranoto. Keduanya sebenarnya khawatir kalau Proklamasi belum dibacakan sudah di serbu Jepang, sehingga akhirnya Proklamasi gagal. Setelah teks proklamasi dibacakan, Moewardi jadi pria terpilih untuk memberi sambutan setelah Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu.
KOMPAS.com - Dr. Moewardi adalah seorang dokter lulusan STOVIA atau Sekolah Kedokteran di Batavia atau. Ia merupakan Ketua Barisan Pelopor